Entah mengapa menolak kegagalan bisa jadi sedemikian pahit untuk sepotong brownis cokelat bertabur kacang. Entah mengapa, menolak kegagalan bisa sedemikian pisang kuning tak bersemangat yang masam. Entah bagaimana, aku selalu terjebak, pada kemuraman, kegagalan. Dan kesedihan tahun kemarin juga tahun depan. Katanya, mati satu tumbuh seribu, tuhan justru mematikan segala sisa sisa yang menyala. Yang kupikir tak akan redup, yang cahayanya berpendar, sampai sampai aku tidak berkeberatan untuk terlupakan.
Dan senja, potonganmu abadi.
Bersama bayang bayang purnama.
Sayangnya, tak ada yang namanya tukar air mata.
Yah, kak, kita memang sudah terlalu jauh. Dan, memang, membiarkanku terlupakan adalah sesungguh sungguhnya cara untuk mati
Komentar
Posting Komentar